Setelah memasang peralatan di bebatuan San Andreas dengan kedalaman setengah mil pada tahun 2005 dan 2006. Peneliti dari Rice University , Carnegie Institution of Washington, dan Lawrence Berkeley National Laboratory dapat mengukur kerapatan dari retakan bebatuan tersebut.
Dalam dua gempa bumi yang terjadi didahului dengan dua perubahan pada bebatuan tersebut, satu pada. "Kami melihat perubahan terjadi, tapi kami tidak tahu mengapa itu terjadi. Sepuluh jam kemudian terjadilah gempa bumi" kata Ernie Majer salah satu pemimpin peneliti.
Ilmuwan menggunakan dua peralatan untuk mengukur tegangan ini. Pada lubang yang pertama(dibuat dengan cara membor bebatuan karang), dipasang peralatan untuk menciptakan gelombang seismik yang memancarkan gelombang mirip sonar kapal selam.
Di lobang bor yang kedua dipasang perlatan untuk meneria sinyal dari perlatan yang pertama. Dengan cara ini ilmuwan bisa mengamati perubahan tegangan yang melewati bebatuan tersebut berbeda -beda.
Perubahan tegangan sebelum dan selama gempa terjadi berbeda beda dari titik - titik yang di ukur (mirip tekanan pada air). Menurut Mejer, ini jelas berhubungan dengan gempa bumi.
Menurut Mejer, jika bukti perubahan bebatuan ini tetap konstan pada penelitaan lebih lanjut. Terjadi dengan tipe dan cara yang sama, metode ini bisa digunakan sebagai sistem peringatan dini untuk gempa bumi dimasa mendatang.
Gelombang seismik berjalan dengan kecepatan yang berbeda tergantung pada kerapatan retakan kecil bebatuan karang, ilmuwan menyebutnya " tegangan".
Sumber: popsci, gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar