Sebentar lagi kita tidak perlu dipusingkan dengan kabel - kabel listrik yang simpang siur. Karena impian untuk menikmati listrik tanpa kabel tidak lama lagi karena para peneliti dari MIT terus mengembangkan metode ini. Listrik tanpa kabel ini mereka sebut witricity. Cara kerjanya mirip dengan wireless hotspot internet.
Metode mengirimkan energi listrik tanpa kabel bukanlah hal baru. Konsep yang dikembangkan oleh peneliti MIT merupakan pengembangkan metode yang ditemukan Nikola Tesla sejak seabad lalu. Tapi sayang imigran Serbia ini keburu meninggal sebelum menggapai impiannya.
Namun penggunaannya secara luas sedikit terabaikan karena dianggap tidak efisien. Sebab, energi elektromagnetik yang dipakai sebagai sumber energi dipancarkan ke segala arah tidak ke satu sumber tertentu. Jika listrik tanpa kabel ini sudah diaplikasikan secara komersil tentu sangat menghemat pemakain kabel listrik yang selama ini kita pakai.
Peneliti MIT Marin Soljacic, membuat proses tersebut demngan metode teknik kopling magnetik. Dengan mengatur resonansi gelombang antara pemancar dan alat yang akan dialiri energi pada frekuensi tertentu, energi listrik yang dialirkan menjadi efisien.
Soljacic dan timnya berhasil menyalakan sebuah bola lampu 60 watt dengan memancarkan gelombang elektromagnetik dari jarak sekitar 2 meter. Gelombang elektromagnetik dihasilkan kumparan tembaga selebar 60 centimeter. Energi yang berhasil dialirkan sitem yang diberi nama WiTricity itu memiliki efisiensi antara 40 hingga 45 persen.
"Ini cukup mengejutkan. Prosesnya sangat mudah diulang-ulang. Kami tinggal pergi ke laboratorium dan melakukannya kapan saja kami suka," ujar Soljacic. Ia yakin kualitas sistem yang dikembangkan timnya dapat terus ditingkatkan. Menurutnya, kumparan tembaga seukuran itu masih terlalu besar kalau hanya untuk mengisi baterai laptop. Jarak pancarnya juga dapat ditingkatkan minimal agar sebuah sumber energi dapat mengisi seluruh alat elektronika di dalam suatu ruangan.
Ia memastikan listrik tanpa kabel ini aman bagi tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain itu, pada percobaan awal tidak ditemukan risiko gangguan atau kerusakan pada berbagai alat elektronika seperti ponsel atau kartu kredit. Meski demikian, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.
sumber : popsci
Metode mengirimkan energi listrik tanpa kabel bukanlah hal baru. Konsep yang dikembangkan oleh peneliti MIT merupakan pengembangkan metode yang ditemukan Nikola Tesla sejak seabad lalu. Tapi sayang imigran Serbia ini keburu meninggal sebelum menggapai impiannya.
Namun penggunaannya secara luas sedikit terabaikan karena dianggap tidak efisien. Sebab, energi elektromagnetik yang dipakai sebagai sumber energi dipancarkan ke segala arah tidak ke satu sumber tertentu. Jika listrik tanpa kabel ini sudah diaplikasikan secara komersil tentu sangat menghemat pemakain kabel listrik yang selama ini kita pakai.
Peneliti MIT Marin Soljacic, membuat proses tersebut demngan metode teknik kopling magnetik. Dengan mengatur resonansi gelombang antara pemancar dan alat yang akan dialiri energi pada frekuensi tertentu, energi listrik yang dialirkan menjadi efisien.
Soljacic dan timnya berhasil menyalakan sebuah bola lampu 60 watt dengan memancarkan gelombang elektromagnetik dari jarak sekitar 2 meter. Gelombang elektromagnetik dihasilkan kumparan tembaga selebar 60 centimeter. Energi yang berhasil dialirkan sitem yang diberi nama WiTricity itu memiliki efisiensi antara 40 hingga 45 persen.
"Ini cukup mengejutkan. Prosesnya sangat mudah diulang-ulang. Kami tinggal pergi ke laboratorium dan melakukannya kapan saja kami suka," ujar Soljacic. Ia yakin kualitas sistem yang dikembangkan timnya dapat terus ditingkatkan. Menurutnya, kumparan tembaga seukuran itu masih terlalu besar kalau hanya untuk mengisi baterai laptop. Jarak pancarnya juga dapat ditingkatkan minimal agar sebuah sumber energi dapat mengisi seluruh alat elektronika di dalam suatu ruangan.
Ia memastikan listrik tanpa kabel ini aman bagi tubuh manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain itu, pada percobaan awal tidak ditemukan risiko gangguan atau kerusakan pada berbagai alat elektronika seperti ponsel atau kartu kredit. Meski demikian, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.
sumber : popsci
0 komentar:
Posting Komentar